Friday, August 3, 2007

Kisah Crocs Hitam Si Joey

Tanggal: Thu, 2 Aug 2007 11:26:02 +0700
Dari: sutjipto_edi@orix.co.id

26/07/2007 11:04 WIB
Kisah Crocs Hitam Si Joey
Umi Kalsum - detikcom

Sepatu Joey rusak tersedot eskalator (foto: ST Lisna)
Jakarta - Bisa jadi, tanggal 13 Mei 2007 lalu adalah hari yang tidak
terlupakan bagi Joey. Sepatu Crocs bocah itu tersedot eskalator Mega Mall
Pluit, Jakarta Utara.

Berikut kisah ST Lisna, ibunda Joey, pada detikcom, Kamis (26/7/2007)
tentang insiden tersebut:

Kejadiannya tanggal 13 Mei 2007 yang lalu. Kami sekeluarga sedang
jalan-jalan ke Mega Mall. Anak laki-laki kami yang terkecil (namanya Joey,
umur 4 -1/2 tahun) memang rada-rada bandel. Biasanya di eskalator suka
tidak mau dipegangin malah suka mau lari-larian sendiri.

Waktu itu juga dia pertama lari-larian sama kakaknya, akhirnya saya tarik
tangannya dan saya pegangi dia. Sewaktu di eskalator posisi Joey ada si
sebelah kiri saya dan berdirinya pas di sampingnya eskalator yang sedang
turun. Tiba-tiba pas di tengah-tengah perjalanan turun, tiba-tiba Joey
teriak-teriak "Mommy..mommy..sambil nangis".

Pas saya lihat Crocsnya sudah nyangkut dan dia sedang berusaha tarik
kakinya keluar dari Crocsnya. Untung kakinya bisa tertarik keluar dan
hanya Crocsnya yang nyangkut terus di eskalator.

Joey nangis teriak-teriak karena dia berusaha tarik Crocsnya kembali
dengan tangannya. Saya langsung tarik Joey dan untungnya kita sudah mau
sampai di lantai bawah. Saya sangat takut kakinya terjepit eskalator lagi
karena kakinya kan jadi tidak ada alasnya sama sekali.

Saya tidak bisa menggendong dia karena dia berat sekali (sudah hampir 30
kilogram) dan tangan saya yang satunya sedang memegang Starbucks coffee.
Sesampai di lantai bawah, Joey masih nangis terus-terusan sambil
teriak-teriak, saya takut kakinya keseleo atau apa karena kakinya kan jadi
agak merah (mungkin karena dia paksa tarik).

Jadi saya bingung kaki dia kenapa-napa atau nggak ya..akhirnya dia
digendong daddynya dan kami langsung pulang. Selama kejadian itu
orang-orang yang ada di belakang kita dan juga di sekitar kita cuma
melihat saja dan tidak ada yang berusaha membantu. Satpam juga tidak ada
satu pun yang nongol.

Saya betul-betul tidak terbayang kalau kakinya yang nyangkut bisa jadi
apa? Sandalnya aja jadi hancur begitu. Yang bingungin itu kok bisa
sendalnya yang kanan yang nyangkut padahal kan kaki kirinya yang berada
pas di samping eskalator.

Jadi kayaknya dia main-mainin kaki kanannya dan digesek-gesekkan ke
pinggir eskalatornya. Padahal sebelum beli Crocs ini, kakak saya yang
tinggal di Singapura sudah menasihati karena sudah ada beberapa kecelakaan
di eskalator (di AS dan Singapura) yang disebabkan oleh sandal Crocs
nyangkut di celah eskalator.

Yang di Singapura malah ada anak berumur dua tahun copot jempol kakinya
karena sandalnya nyangkut di eskalator. Betul-betul Puji Tuhan karena
kakinya Joey tidak apa-apa.

Imelda juga memiliki cerita:

Minggu 22 Juli anak saya juga mengalami hal yang sama di Mal Puri Indah.
Untungnya eskalator langsung berhenti jadi insiden tsb tidak sampai
melukai kaki anak saya. Kalau yang sering terjadi sandal terjepit bagian
depan, anak saya malah terjepit di bagian belakangnya di eskalator turun.

Sebelumnya saya dan teman-teman sudah sering mendengar kabar itu, bahwa di
Singapura pernah kejadian, jari kaki si anak putus karena terjepit
eskalator, tapi melihat banyaknya orang pakai, kami pikir berita itu hoax
aja dengan alasan persaingan bisnis.

Sekarang saya percaya setelah mengalami sendiri, sayang terlambat, tapi
untung tidak ada kerugian apa pun (kecuali sandalnya robek).(umi/nrl)

26/07/2007 10:34 WIB
Insiden Crocs di Aneka Mal Jakarta
Umi Kalsum - detikcom


Peringatan di PIM perlu ditiru mal lain
Jakarta - Kecelakaan di eskalator yang menimpa bocah pemakai sepatu karet
Crocs tidak hanya terjadi di Pondok Indah Mal (PIM). Sejumlah pembaca
detikcom juga menceritakan pengalaman yang menimpa keluarganya.

Wieke berkisah, putrinya yang berumur 8 tahun saat libur sekolah baru-baru
ini juga mengalami kecelakaan di eskalator saat menggunakan sepatu Crocs
di Mal Citraland. Sebelah sepatunya hancur dan penuh oli, ujung jempol
berdarah.

"Dia sangat shock sekali," ujar Wieke, Kamis (26/7/2007). Namun Wieke
tidak melaporkan insiden itu pada pengelola mal karena merasa ini
kesalahan anaknya sendiri yang menekan-nekan sepatunya ke pinggiran
eskalator.

"Waktu itu kami belum tahu bahwa sering terjadi kecelakaan pengguna Crocs
di eskalator," ujarnya.

Sedangkan Nika Suhendro menceritakan, beberapa minggu yang lalu, dia
bersama keluarga jalan-jalan ke Mal Kelapa Gading. "Anak saya 7 tahun
memakai sepatu Crocs berdiri di belakang saya waktu naik eskalator,"
ujarnya.

"Saya berjalan duluan, eh tahu-tahu saya cari anak saya, mana ya? Kok
banyak orang dekat eskalator? Ternyata sepatu anak saya masuk ke dalam
eskalator sampai hilang hampir setengah bagian depannya. God! So lucky
kaki anak saya tidak apa-apa," ujar Nika lega.

Novita Hashimoto, guru bahasa Indonesia untuk orang Jepang, juga punya
cerita. Bukan tentang tentang dirinya tapi pengalaman muridnya. Berikut
ini penuturannya:

Murid saya bersama putrinya (2 tahun) sekitar 2 bulan yang lalu pergi
berbelanja ke Senayan City. Waktu sedang memakai eskalator untuk turun
dari lantai 2 ke lantai 1, putrinya yang saat itu sedang menggunakan
sandal Crocs ini terselip. Menurut ceritanya, kala itu dia menjerit-jerit,
untungnya petugas di Senayan City sigap menghentikan eskalator dan
memberikan pertolongan pertama pada putrinya.

Saya sendiri menyukai sandal ini, karena nyaman dan ringan, sandal ini
sangat membantu waktu saya menjadi korban banjir bulan Februari lalu.
Untuk bermain-main di pantai dll juga sangat praktis dan nyaman.

Tapi, saya menyayangkan 'kekurangan' sandal ini yang mudah selip di
eskalator. Terutama untuk anak-anak yang karena ketebalan bagian depan
sandal ini, tidak bisa merasakan atau mengira-ngira saat akan menginjak
batas (gap) dari eskalator.

Saya berharap, di Indonesia bisa lebih digencarkan info agar orang tua
berhati-hati saat anaknya memakai sandal ini terutama ketika hendak naik
eskalator.

Untungnya putri teman saya 'hanya' menderita sedikit memar, tidak ada luka
atau kejadian yang lebih serius seperti patah tulang dll. Tapi, bisa jadi
hal yang lebih buruk dialami anak lain.

Konfirmasi

detikcom berusaha mengkonfirmasi kejadian tersebut kepada pihak pengelola
mal. Namun belum diperoleh keterangan resmi. Humas Citraland, Rida,
menurut staf pengelola, belum bisa memberi keterangan karena masih cuti.
"Kemungkinan baru bisa dikonfirmasi Senin," katanya.

Sementara Publics Relation Senayan City, Lia, masih akan mencari data
tentang kasus Crocs di mal tersebut. Dia berjanji akan memberi informasi
lebih lanjut. Demikian juga dengan pihak humas Mal Kepala Gading.
(nrl/nrl)

26/07/2007 09:38 WIB
Crocs Asli Rp 400 Rb, Aspal Noban
Umi Kalsum - detikcom

Yang kiri Crocs aspal lokal, yang kanan aspal made in China
Jakarta - Tak mau ketinggalan dengan luar negeri, sepatu Crocs cukup
populer di Indonesia. Modelnya yang kokoh, ringan dan pilihan warna yang
semarak menjadi pilihan orangtua untuk anak-anaknya.

Crocs asli dijual Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Di mal-mal terkemuka,
sepatu terbuat dari bahan croslite, suatu bahan karet bersel tertutup dan
bersifat tidak meninggalkan jejak dan anti mikroba, ini mudah dijumpai.

Kepopuleran Crocs membuat para produsen sepatu tergerak menirunya.
Sepatu/sandal dengan model dan bahan mirip Crocs sangat kini juga mudah
dijumpai di pinggir jalan. Harganya murah meriah, cukup Rp 20.000 alias
noban hingga Rp 25 ribu.

Tidak hanya di kios-kios pasar, sebuah departement store ternama di
Indonesia
juga menjual sepatu jenis ini. Harganya lebih mahal dibandingkan harga di
toko sepatu kaki lima, sekitar Rp 65.000.

Meski modelnya seragam, yakni bagian depan gendut, bolong-bolong dan
beralas tebal, Crocs dan tiruannya cepat menarik penggemar karena warnanya
yang rata-rata cukup trendi, seperti merah, biru, kuning, pink, putih atau
hijau.

Belakangan di toko sepatu yang ada di mal-mal, sepatu ini sudah
dimodifikasi alias keluar dari pakem sepatu Crocs yang polos, sehingga
semakin menarik minat calon pembelinya.

Di bagian sepatu yang bolong disematkan gambar-gambar lucu, seperti ikan,
bintang laut, dan sebagainya. Berkat tangan dingin peniru Crocs, sepatu
ringan ini tidak polos lagi. Saat ini sudah ada Crocs palsu yang bermotif
bunga, strawberi dan sebagainya.

Untuk Crocs aspal, selain produk lokal juga bisa dijumpai "made in China".
Bedanya, produk lokal pembuatannya kurang rapi, tanpa merek, dan oleh
penjualnya dilepas dengan harga Rp 20 ribu. Sedangkan yang "made in China"
diberi merek, antara lain "Kats" dan harganya lebih mahal, sekitar Rp 25
ribu.

Meski aspal, tapi i sepatu ini tetap enak dipakai. Tidak aneh jika sepatu
ini langsung menjadi tren di kalangan anak-anak.

Mereka tidak sekadar menggunakannya untuk jalan-jalan. Ke sekolah pun,
Crocs dan "teman-teman"-nya menjadi pilihan. Di sekolah taman kanak-kanak
(TK), yang tidak ada kewajiban menggunakan sepatu seragam, Crocs dan
tiruannya banyak terlihat di rak-rak sepatu.

Untuk siswa SD yang ada diharuskan menggunakan sepatu seragam, mereka
masih bisa bergaya dengan Crocs di waktu-waktu tertentu, seperti saat
ekstrakulikuler digelar. (umi/nrl)

26/07/2007 07:46 WIB
'Mohon Tidak Pakai Alas Kaki Karet di Eskalator' di PIM
Nadhifa Putri - detikcom
Jakarta - Jika Anda berjalan-jalan di mal elit di Jakarta Selatan, Pondok
Indah Mal (PIM), maka dengan mudah Anda menemukan peringatan ini: "Mohon
tidak menggunakan alas kaki karet di eskalator".

Peringatan itu terpampang di setiap sisi eskalator. Di samping tulisan
itu, terdapat gambar sepatu anak-anak yang sedang beken sekarang ini, yang
bentuknya mirip Crocs, warna ungu. Gambar itu disilang merah. Di
sampingnya juga ada sandal jepit warna ungu yang juga disilang merah.

Peringatan itu sejajar dengan peringatan keselamatan lainnya yaitu gambar
ibu menggandeng anak, gambar pengguna eskalator jangan berderet ke
samping, larangan penggunaan kereta bayi dan kaki jangan diletakkan di
pinggir tangga berjalan itu.

Nama PIM sendiri belakangan ini tersebar di berbagai milis, menyusul
adanya kecelakaan pada anak-anak pengguna sepatu Crocs di eskalator mal
tersebut.

Belum diketahui apakah peringatan yang dipajang pengelola mal tentang
sepatu karet dipasang setelah ada insiden, atau peringatan dipasang jauh
sebelum insiden terjadi.

Selain memasang peringatan tersebut, petugas keamanan PIM juga tampak
hilir mudik di dekat eskalator untuk mengawasi penggunaan eskalator.

"Kita sekarang sedang sosialisasikan kepada pengunjung kalau pakai sandal
karet jangan di garis kuning eskalator. Bahannya kan karet, jadi otomatis
ketarik. Staf kita juga pernah nyobain pakai sandal karet, terus ketarik,"
kata seorang petugas pada detikcom, Rabu (25/7/2007) malam.

Tapi mengapa peringatan yang dipasang adalah gambar (mirip) sepatu Crocs
dengan tanda silang merah? "Ini tidak hanya untuk Crocs saja, tapi juga
untuk sepatu karet lainnya," jawab petugas tersebut.

Dia menuturkan, sandal karet sejatinya boleh saja dipakai. "Tapi
berdirinya harus di tengah-tengah, jangan di garis kuning," ujarnya.

Di PIM, sepatu Crocs warna-warni bisa dijumpai dengan mudah. Harganya Rp
350 ribu hingga Rp 400 ribu. Untuk anak-anak, warnanya lebih ngejreng,
sedangkan untuk dewasa lebih condong ke warna gelap.
(nrl/nvt)

----------------------------------------------------------------
This message was Sent by Takaful Mail System

No comments: