Tuesday, October 28, 2008

Motivation of The Day : " 'Telur Emas' dari Diri dan Keluarga "

Sebuah dongeng rakyat yang sampai sekarang masih cukup terkenal, dan
sampai sekarang tetap saya ingat karena telah memberikan inspirasi yang
mendalam bagi saya. Dikisahkan seorang peternak angsa, memiliki begitu
banyak angsadi peternakannya. Sang peternak adalah seorang yang rajin
memelihara angsa-angsanya, hanya saja karena pengelolaan peternakannya
yang sederhana dan tidak pernah diupayakan untuk ditingkatkan, maka
hasil telur dari angsa-angsa ini selalu begitu-begitu saja tidak pernah
memberikan peningkatan penghasilan bagi sang peternak.

Suatu pagi, seperti biasa sang peternak bangun dari tidurnya dan
bergegas menuju kandang-kandang angsanya untuk segera mengumpulkan
telur-telur yang dihasilkan si angsa hari itu. Betapa terkejutnya sang
peternak ketika mendapati sebuah telur berwarna kuning keemasan dari
seekor angsa tua di kandang paling ujung.

"Siapa yang pagi-pagi telah berusaha mempedayai saya.", gumamnya dalam
hati sambil memungut telur keemasan tadi. "Mungkinkah ini sebuah telur
dari emas", pikirnya kemudian.

Lama dia berpikir me-logika terhadap apa yang terjadi dengannya pagi
itu, sambil terus memandangi telur keemasan digenggamannya. Merasakan
beratnya, mengetuk-ngetukkannya pada batu, menggores-goreskannya, sampai
pada suatu keyakinan dalam hati pak peternak bahwa dia harus bergegas
memastikan benda apa itu.

Bergegas dia menuju ke tempat ahli logam tak jauh dari rumahnya, yang
kemudian dia meminta sang ahli logam untuk menganalisa benda apakah yang
dia temukan pagi itu. Sang ahli logam mengambil lup-nya, yang kemudian
mencermati telur keemasan yang diterimanya.

Beberapa saat kemudian dia memandangi si peternak, sambil menyerahkan
telur tersebut dan berkata, "Ini adalah emas murni 24 karat berbentuk
bulat telur dengan berat hampir satu kilogram..!".

Setengah tak percaya si peternak kemudian meminta sang ahli logam untuk
menukar telur emas tersebut dengan uang sesuai dengan taksiran harganya.

Segepok uang yang diterimanya kemudian segera dibelanjakan segala barang
yang dia impikan selama ini untuk dimiliki dari pakaian-pakaian yang
bagus dan mahal, perabot-perabot mahal, dan sebagainya.

Esok harinya, karena masih banyak sisa uang untuk hidupnya hari itu,
dengan langkah malas dia menuju ke kandang angsanya untuk memunguti
telur-telur hasil pada hari itu. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa
kejadian telur emas kemarin hari akan berulang lagi pada hari itu. Dan
benar dia kembali menemukan telur emas pada angsa yang sama. Bergegas
dia berlari menuju kota untuk kembali menjual telur tersebut.

Esok paginya setelah bangun pagi, dengan berharap-harap cemas dia
kembali menuju angsa tua petelur emas. Dan benar! Kembali sang angsa
mempersembahkan satu telur emas kepada sang peternak.

Hal yang sama terjadi esok paginya, esok paginya, dan seterusnya,
sehingga membuat si peternak menjadi rajin bangun pagi-pagi sekali untuk
sekedar segera mendapat telur emas dari angsa tua itu.

Dalam waktu singkat, kehidupan si peternak pun berubah. Si angsa tua
juga sudah diberi tempat khusus di sebelah kamar tidur si peternak agar
telur emas hasil si angsa tua tiap pagi tidak dicuri orang dan dengan
mudah dapat segera diambil oleh sang peternak untuk dijual. Rumahnya
kini telah berubah menjadi begitu mewah. Lama kelamaan timbulah sifat
tamak dari si peternak.

"Mengapa saya harus menunggu satu butir telur emas setiap harinya dari
si angsa tua", pikirnya.., ..betapa bodohnya saya.". "Isi perut angsa
tua itu pastilah penuh dengan emas,.kenapa tidak sekarang saja saya
ambil semuanya, sehingga saya tidak perlu susah-susah menunggu tiap
pagi, serta dalam sekali waktu saya sudah bisa dapatkan semua.",
begitulah pikir sang peternak.

Diambilnya parang besar miliknya, dan dalam sekejap dibelahlah dada si
angsa tua. Tapi apa yang terjadi? Tak ada secuil pun telur emas di dalam
perut si angsa tua. Dan yang lebih buruk, si angsa tua saat itu juga
mati digenggaman sang peternak. Telur emas tiap pagi pun tinggal
kenangan.

Cerita ini terkenal dengan sebutan Aesop's fable dengan judul `The goose
and the golden eggs'. Mengapa cerita ini begitu menarik bagi saya?
Seseorang yang telah menginjak dewasa dan mulai harus menghidupi dirinya
tentunya mulai sadar bahwa dia harus memiliki `sesuatu' yang bisa
dijadikan semacam modal agar dia bisa selalu terus menerus menghasilkan
*sesuatu* yang
bisa menghidupi dirinya. Apalagi kalau orang tersebut sudah memutuskan
untuk
membangun sebuah rumah tangga.

`Sesuatu' (dengan tanda kutip) yang saya maksud bisa berupa keahlian,
kepandaian, pengetahuan, ketrampilan, ketekunan,keberanian, dsb. Sedang
sesuatu (dengan huruf tebal) di atas adalah bisa berupa uang,
penghargaan, pengakuan, kesempatan, dsb.

Sesuatu (dengan huruf tebal) tadi adalah sebuah `telur emas' bagi kita.
Ketika kita mulai menekuni sebuah profesi, ketika kita mulai merintis
sebuah usaha, ketika kita mulai meniti karir, hari demi hari, bulan demi
bulan, tahun demi tahun, sedikit demi sedikit akan muncul `telur
emas-telur emas'bagi kita.

Lalu dimanakah letak angsanya? Tak lain adalah `Sesuatu' (dengan tanda
kutip) yang saya sebutkan di atas. `Sesuatu' yang semua itu bermuara
kepada diri kita, baik badan kita secara fisik, pemikiran kita, serta
jiwa, emosi dan rohani kita. Dan bila dikembangkan, keluarga adalah juga
merupakan bagian dari `angsa' kita, baik itu manusianya, suasananya,
semangatnya,
kebersamaannya, rasa cita kasihnya, keteduhannya dan semua hal yang bisa
memastikan bahwa kita bisa akan selalu menghasilkan `telur emas', hari
demi hari, sedikit demi sedikit.

Kisah fabel yang saya ceritakan diatas sepertinya bisa terlihat sebagai
kisah yang terlalu ekstrim. Tapi bila kita mau berkaca pada kehidupan di
sekitar kita, kita mungkin akan sadar bahwa perumpamaan sang peternak
membelah dada angsa untuk segera memperoleh semua telur emas sekaligus
dalam sekejap ternyata banyak terjadi di sekitar kita.

Kita lihat di sekitar kita bagaimana sesorang yang ingin mengejar karir
sampai ke puncak dengan segera, justru mengabaikan kesehatan dirinya
sendiri, pola makannya, jam istirahatnya. Tak lain dia pelan-pelan
membelah dada angsanya sendiri.

Masih banyak diantara kita, dalam menjalankan profesinya, atau dalam
melakukan usahanya, ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat dalam
sekejap. Sehingga sampai lupa waktu mengabaikan saat-saat istri dan
anak-anaknya membutuhkan sebuah kebersamaan dengannya. Tanpa dia sadari,
dalam mencoba dia mendapatkan telur emas, justru dia berusaha
`membunuh' si angsa.

Bisa jadi kita sebagai manusia yang memiliki keahlian, ketrampilan,
pengetahuan, semangat, keberanian adalah manusia-manusia yang akan
selalu menghasilkan telur emas-telur emas setiap harinya. Dan hari demi
hari kita selalu bangga akan telur emas yang kita hasilkan. Tapi
yakinkah kita akan selalu ada telur emas ketika kita justru mulai tidak
begitu
menghiraukan angsa-angsa kita. Ketika kita lupa untuk memperhatikan
kesehatan fisik diri kita, ketika kita mulai mengabaikan kesehatan
rohani kita, ketika kita melalaikan sumber daya manusia di keluarga
kita.

Itulah yang saya selalu coba untuk mengingatkan diri saya, bahwa untuk
menjamin selalu adanya telur emas, begitu penting usaha untuk
memberdayakan diri dan keluarga kita.

Sumber: 'Telur Emas' dari Diri dan Keluarga oleh Pitoyo Amrih

No comments: