Tuesday, October 28, 2008

Paradoks ?

Apakah Anda termasuk eksekutif yang mudah cemas dan berkata :"Saya
merasa seperti dikejar target," ataukah selalu optimis dan berkata
:"Saya menyukai tantangan baru."

Penelitian Salvatore R. Maddi dan Suzanne C. Kobasa : The Hardy
Executive : Health Under Stress (Homewood, IL, Dow Jones-Irwin, 1984)
menunjukkan bahwa mereka yang mananggapi stress dengan kesabaran,
memandang pekerjaan sebagai tantangan yang menyenangkan, memandang
perubahan sebagai peluang bertumbuh, mampu menghadapi stress secara
lebih baik dan berhasil melewatinya tanpa kesulitan yang berarti.

Seolah merupakan paradoks, sebuah peristiwa (baca : pekerjaan) yang
sama, dapat dipersepsikan berbeda tergantung dari cara seseorang
men-sikapinya, apakah menggunakan pemahaman yang tepat atau
sebaliknya. Demikian pula apakah peristiwa tersebut diinginkan ataupun
tidak.

Sebuah peristiwa yang menegangkan apakah berupa target penjualan,
deadline projek, pengembangan produk baru dsb. jika disikapi secara
tepat dapat dianggap sebagai sebuah tantangan yang mengasyikkan.
Apalagi jika peristiwa tersebut diberi muatan emosi menjadi suatu
sasaran yang kita inginkan.

Jika stimuli dipersepsikan sebagai sebuah ancaman …. biasanya rasa
tegang muncul dalam bentuk rasa cemas, takut, bahkan fobia. Pada
situasi seperti ini kadar hormon Kortisol (hormon penyebab stress)
dalam darah akan meningkat. Sebaliknya jika stimuli tersebut
dipersepsikan sebagai sebuah tantangan maka ketegangan tersebut
dirasakan sebagai hal yang menggembirakan dan menyenangkan. Dalam
keadaan seperti ini hormon pengendali stress Dehydroepiandrosterone-S
(DHEA-S) yang justru meningkat.

Seseorang yang memahami kesuksesan sebagai sebuah proses
pembelajaran dan bekerja dengan hati yang gembira, berpotensi tumbuh
dan meraih prestasi terbaiknya.

Itu sebabnya "kecerdasan sikap" sebagai sebuah pengetahuan dan
keterampilan hidup perlu dikenalkan kepada karyawan sejak dini.

Isywara Mahendratto

No comments: