Tuesday, June 26, 2007

komunikasi efektif orang tua - Anak

----- Teruskan pesan dari bang_gim@yahoo.co.id -----

Assalamu'alaikum
Salam Cinta
Pernah punya pengalaman seperti ini ? :

Tata (2) adalah anak yang berkemauan keras. Kalau sudah punya
keinginan, dia tak mau menerima penolakan. Paling mungkin adalah
menawar atau mengalihkan kemauannya. Itu pun perlu usaha ekstra yang
tak mudah. Sebab, Tata biasanya terus memaksa dan memaksa, bahkan
menangis keras agar kemauannya tercapai. Kami harus terus belajar
untuk membuat resolusi yang enak dengan Tata. It's really a tough deal.
Nah, Minggu pagi ini(28/1) aku mengalami negosiasi yang berat dengan
Tata. Kebetulan Lala -isteriku- sedang keluar rumah sehingga anak-anak
tinggal bersamaku.
Ceritanya, siang hari sekitar pukul 12 Tata minta main keluar rumah ke
tempat tetangga. Dia mengambil mobil-mobilannya dan minta dibukakan
pintu pagar.
Aku agak terkejut karena ini pertama kalinya Tata minta main. Biasanya
dia ikut main sore hari bersama Yudhis (5), kakaknya. Karena siang itu
panas dan Tata tadi pagi sudah main, aku tak memenuhi keinginan Tata.
Nah, mendengar penolakanku, Tata mulai mencoba untuk mendapatkan
keinginannya seperti biasa. Proses itu diawali dengan teriakannya.
"Tata mau main!" katanya keras sambil mencoba membuka pintu pagar.
"Nanti sore saja mainnya ya, Ta.." aku berusaha membujuknya.
"Nggak mau...! Tata mau main...!" kata Tata. Nah, ini mulai masuk
bagian yang berat. Dia mengeluarkan jurus menangis keras dan
sesenggukan. Tangisannya itu sangat menyayat, seolah dia terjatuh atau
kesakitan.
Wah.. kaget juga aku mendapati respon cepatnya. Sebenarnya sih sudah
biasa. Tapi tetap saja nggak enak. Apalagi menangisnya di luar rumah
dan hampir pasti terdengar sampai ke tetangga.
Lalu, mulailah tarik ulur dan negosiasi itu dimulai.
"Mainnya nanti lagi ya, Ta... Nanti sore sama Kakak Yudhis," aku
berusaha membujuknya. "Tadi kan sudah main..."
Aku berusaha tidak bersuara keras atau marah. Marah ke Tata dalam
keadaan seperti ini sama sekali tidak ada gunanya. Dulu aku pernah
mencoba menjawab sikap keras Tata dengan keras, tapi yang terjadi
justru kekacauan. Tata justru semakin keras. Menyikapi karakter Tata
yang keras, Ibu mertuaku juga berpesan agar tak merespon kekerasan
Tata dengan kemarahan karena hal itu justru akan membuat Tata terbiasa
dengan bahasa kemarahan.
Dalam bujukanku kepada Tata, aku berharap dia tak menangis lagi. Tapi
tidak. Tata justru semakin keras menangis dan berteriak.
"Tata mau main....! Tata mau main...!" teriaknya dari atas
mobil-mobilannya.
Wah... bagaimana ini? Aku sedikit panik menghadapi jeritan dan tangis
Tata. Aku kemudian mencoba mundur dan masuk rumah. Eh, Tata
meresponnya dengan teriak-teriak minta main dan memanggil-manggil aku.
"Bapak... bapak...! Tata mau main...." teriaknya diantara tangis dan
sesenggukannya.
Mau tak mau aku keluar lagi. Tapi kali ini aku tak mendekatinya. Aku
cuma duduk di depan pintu rumah dan melihat Tata dari kejauhan. Aku
tak berkata apa-apa. Sementara itu, Tata tetap tak beranjak dari pintu
pagar. Di atas mobilnya, dia menangis dengan sesenggukan.
Untuk meredakan suasana, aku coba menggoda Tata dengan main cilukba,
tapi dia tak memberikan respon. Tapi dia sudah tak menangis keras dan
berteriak-teriak lagi.
Karena mengira keadaan sudah mereda, aku kembali membujuknya.
"Kita bikin teh botol dingin, yuk?" tawaranku kepada Tata untuk
mengalihkan keinginannya.
Eh, mendengar tawaranku, tangisnya justru meledak kembali. Dengan
marah dia menjerit, "Nggak mau...! Nggak mau...! Tata mau main....!"
Air mata dan tangis Tata kembali meledak...
Yah... aku sedikit kecewa. Suasana yang kukira sudah membaik itu
kembali kacau.
"Tata mau es krim? Tata mau baca-baca? Tata mau main di kamar?" aku
menawarkan semua kesenangannya. Dan setiap tawaranku dijawabnya dengan
jeritan tidak mau dan penegasan bahwa dia pengin main keluar rumah.
Wah... kusut juga aku. Bagaimana cara menghentikan atau mengalihkan
Tata? Semua usaha rasanya sudah kulakukan, tapi tak membuahkan hasil.
Aku tak ingin memberikan izin kepadanya hanya karena aku tak mampu
mengatasi paksaan keinginannya. Menurutku, itu akan membuat preseden
yang buruk buat pendidikan sikapnya. Tapi aku sendiri bingung
bagaimana menyelesaikannya. Aku juga menolak usulan Yudhis, kakaknya,
agar memberikan "ancaman": kalau tetap nangis terus, nanti sore tidak
boleh main. Pendekatan itu tak manjur buat Tata.
Sementara Tata masih menangis sesenggukan di depan pintu pagar,
tiba-tiba aku mendapatkan ide. Aku mengambil kamera dan kemudian
memotret Tata yang sedang menangis. Wah.. ternyata manjur.. Aku mulai
bernafas agak lega.
Setiap kali aku memotret, aku tunjukkan hasilnya ke Tata. Dia melihat
tanpa komentar, tapi kayaknya dia tahu bahwa tampangnya di foto itu
jelek. Tata yang berkemauan keras itu tetap tak mau menyerah. Dia
memang tak lagi menangis, tapi dia tetap tak beranjak dari depan pintu
pagar.
Setelah memotret Tata, aku pun menjauh dan tak berkomentar apapun. Aku
duduk di kursi dan mencari akal untuk memecahkan kebuntuan ini.
Kelihatannya Tata sudah mulai luluh, tapi "gengsinya" cukup tinggi
untuk menarik keinginannya.
Cukup lama suasana tenang dan tegang itu terjadi. Untunglah tiba-tiba
Yudhis muncul dari dalam rumah dengan tebak-tebakan suara binatang.
"Mbeeek.... Suara apa itu?" tanya Yudhis.
"Kambing.... " Tata menyahuti pertanyaan kakaknya. Wah, Tata sudah mau
menjawab pertanyaan. Berarti ini tanda-tanda baik.
Mulailah kami kemudian main tebak-tebakan suara binatang. Lama-lama
Tata datang menghampiriku dan bergabung bersama. Ditinggalkannya
mobil-mobilan di pintu pagar. Kami pun bermain bersama dan tertawa
kembali.
Pfuih.... Lega rasanya hatiku...
Tapi terbersit juga sedikit kekhawatiran dalam hatiku. Bagaimana ya
nanti kami harus berinteraksi dengan kekerasan kemauan Tata, my
Princess. Sekarang saja dalam usianya yang masih 2 tahun dia begitu
mandiri dan sangat keras terhadap hal-hal yang diinginkannya.
Tak tahulah. Aku hanya menetapkan diriku untuk terus belajar menjadi
Ayah yang baik. Aku cuma bisa berdoa, "Tuhan... aku titip anak-anakku
kepada-Mu... "
Kutitipkan dan kupercayakan pengajaran anak-anakku kepada-Nya. Dialah
sebaik-baik Guru dan Pembimbing Kehidupan.

Sumber: http://www.sumardio no.com (Keluarga Homeschooling Indonesia)

Kalau Anda ingin dan merasa perlu belajar ilmu parenting dari para
pakar dan praktisi serta bisa saling berbagi dengan para orang tua
lainnya, maka saya mau kasih info bahwa ada komunitas bagus tempat
Bapak & Ibu dapat belajar ilmu parenting dengan biaya murah..Namanya :
Komunitas Rumah Cinta (KRC).
Cukup membayar Rp.140.000,- Anda sudah menjadi anggota selama 1 tahun
dan bisa ikut seminar parenting sebulan sekali selama 6 bulan
berturut-turut secara GRATISSS. Tidak itu saja Anda bisa konsultasi
dengan para pengasuh KRC baik melalui website ataupun sms juga gratis.
Dapat buklet parenting juga gratis.Dapat diskon untuk pembelian produk
dari mitra KRC.
Untuk seminar bulan Juli ini temanya: KOMUNIKASI EFEKTIF ORANGTUA-ANAK
: I AM OK - YOU ARE OK !
Hari/Tanggal/Jam : Sabtu, 07 Juli, 08.00-13.00 WIB
Tempat : Gd.Medco Jalan Ampera raya Cilandak Jakarta Selatan.
Pembicara : 1.Irawati Istadi : Penulis buku Mendidik Dengan Cinta, 2.
Sitoresmi Sukamto (psikolog), 3.Anneke Putri (Artis), 4, Kak Agus
Fatah (Pendongeng, Kepala sekolah SDI Sabilina) Tempat terbatas hanya
untuk 80 orang !!! Buruan daftar sekarang ke : Komunitas Rumah Cinta
Cp.Mbak Nur : 021-8470-870.
Seminar ini akan membahas antara lain :
1.sebab-sebab terjadinya miss komunikasi antara orang tua - anak
2. 10 kesalahan orang tua dalam berkomunikasi dengan anak
3. Tips negosiasi dan mendengarkan
4. Tehnik mendongeng untuk orang tua
5. Cara mengajarkan anak PD bicara di depan publik dll
Games : senam jari untuk keseimbangan otak kiri & kanan
Semoga Bermanfaat
Wassalamu'alaikum
Terima Kasih
Bang GIM

----------------------------------------------------------------
This message was sent using IMP, the Internet Messaging Program.

No comments: