Tuesday, June 19, 2007

Ta' Sobek-Sobek Mulutmu

"Ta' sobek-sobek mulutmu", sebuah ungkapan yang sebenarnya cenderung
sarkastis tetapi sedang sangat nge-trend belakangan ini. Siapa yang belum
pernah mendengar sebuah "pepatah" yang dipopulerkan oleh Tukul Arwana,
seorang presenter yang melejit karena ke"ndeso"annya. Lalu apa kaitannya
dengan bisnis kita, bisnis MLM yang kadang diplesetkan Mulut Lewat Mulut.
Mungkin sama-sama pakai kata mulut saja. Tetapi kadang kala kita tidak
mempergunakan mulut ini sebagaimana mestinya. Padahal oleh upline, lewat
pertemuan, kaset dan buku selalu kita diajarkan untuk lebih banyak
mendengarkan dibanding berbicara. Itulah sebabnya juga mengapa Tuhan kita
menciptakan manusia hanya dengan satu mulut dan dua telinga, mungkin
dengan tujuan yang tadi.

Namun seringkali sebagai manusia kita tidak dapat mengontrol mulut kita
sendiri, kadang kala kita lupa kapan kita harus mempergunakan mulut kita,
kapan kita harus mempergunakan telinga kita. Sering kali saat berhadapan
dengan prospek yang super ngeyel kita cenderung menjadi tidak sabaran dan
berusaha untuk menggunakan mulut kita dengan lebih dominan daripada
telinga kita. Apalagi saat kita sudah memiliki predikat sebagai seorang
leader, sebuah pangkat kosong yang seringkali menjebak ego. Saat seorang
downline yang masih culun datang berkonsultasi, seringkali kita tidak
menyediakan telinga kita tetapi justru lebih memajukan mulut kita.
Seandainya leader itu Tukul, mungkin dia akan memberi nasehat sambil
memonyongkan mulutnya lengkap dengan gerakan tangannya yang khas.

Sayangnya di bisnis ini kita bukanlah si Tukul yang bisa berbicara
semaunya. Semakin kacau semakin meriah pula tepuk tangan dan sambutan
penontonnya. Yang jauh lebih disayangkan lagi beberapa leader seolah lupa
diri dan mereka menganggap dirinya sebagai Tukul yang bisa menjadi pusat
perhatian public dalam acara Empat Mata. Maksudnya gimana? Begini lho
contohnya, seringkali kita melihat leader menggunakan mulut tidak pada
tempatnya. Ngomong panjang bukan pada saatnya. Terutama saat impact di
pertemuan, entah OPP, Power Seminar atau Success Seminar. Apa sih susahnya
ngomong dengan porsi yang sesuai? Kalau memang hanya boleh menyebutkan
nama, latar belakang, sponsor aktif, ya sudah…. Tidak perlu melebar
kemana-mana seperti lumpur Lapindo.

Seingat saya upline kita yang "galak" Mr Agus TL (sory Pak) sudah pernah
melakukan meeting dengan isi wejangan bagaimana membangun OPP yang
profesional dan efektif. Seingat saya waktu itu (kalau di Jogja) yang
hadir para balon (baru calon) leader (*4 above). Saat itu seingat saya
kita sudah diajarkan bagaimana sebaiknya melakukan impact di pertemuan.
Dengan "genit" dulu Pak Agus memberi contoh "Saya Trimbil, latar belakang
saya cuma ibu rumah tangga, sampai jumpa di success seminar", "Perkenalkan
nama saya Bejo, latar belakang saya jualan es dawet keliling, saya bisa
sampai di peringkat ini karena hanya menjalankan sistem yang diajarkan
LNI, sampai jumpa di success seminar". Singkat, padat, efektif dan sangat
efisien dari segi waktu dan tenaga.

Tetapi sayang, sesudah sekian lama berlalu, banyak leader yang lupa diri.
Apa sih susahnya menekan ego hanya dengan berbicara seperlunya. Saya ingat
betul kata-kata salah seorang upline kami (saat itu masih di sekolahan
yang lama) "Kalau belum bintang 8 belum boleh banyak ngomong di depan",
saat itupun peringkat tertinggi baru Bronze Lion. Gimana kalau sekarang?
Kan sudah banyak Bronze Lion, Silver Lion, Gold Lion, Diamondnya sih baru
satu. BAYANGKAN seandainya di sebuah OPP ada 20 orang bintang lima, 10
orang bintang tujuh, 8 orang bintang delapan, 6 orang Bl, 5 orang SL, 2
orang GL, seorang diamond. BAYANGKAN berapa jam waktu yang diperlukan
untuk impact kalau semua maunya ngomong paaaaaaanjaaaaannnngggg dan
laaaaaaammmmaaaaa (seperti iklan choki-choki). Kira-kira apakah prospek
akan semakin positif atau semakin negatif karena pertemuan menjadi super
membosankan dan boros waktu. Tukul yang mungkin belum pernah ikut meeting
*4 above saja tahu waktu, karena durasi acaranya yang terbatas.

Para leader yang terhormat, apakah sedemikian susahnya kita menekan ego
kita untuk TERTIB dan PROFESIONAL dalam impact di pertemuan? Sebuah
pertanyaan yang mungkin akan sangat menohok ego anda. Tetapi dengan
kerendahan hati yang amat sangat, tolong posisikan diri kita sebagai
prospek yang masih "curiga" dan "penasaran". Apakah petuah panjang lebar
yang kita ucapkan saat impact akan memotivasi atau justru akan membuat
mereka semakin bosan? Rasanya cukup satu orang peringkat tertinggi yang
layak untuk berbicara banyak dan menjelaskan pentingnya pertemuan (atau
apapun yang sedang dipromosikan). Impact bukan waktunya pamer, impact
bukan waktunya untuk menjelaskan secara berulang-ulang pertemuan yang
sama. Kalau upline kita bilang, "Prospek hanya ingin tahu apa latar
belakang Anda!". Mereka tidak peduli Anda punya jaringan ada dimana,
mereka tidak peduli apa yang anda jelaskan. Bukankah kita juga akan merasa
bosan kalau dijelaskan sesuatu yang sama berulang-ulang? Beberapa leader
kadang "melarikan diri keluar ruangan" dengan alasan sudah pernah dengar,
terus gimana nasib prospek? Apakah Anda mau prospek Anda melarikan diri
dengan alasan sudah pernah mendengar hal yang sama?

Bukankah LNI sudah memproklamirkan diri sebagai sebuah community
development yang professional? Bukankah kita juga selalu meminta audience
untuk memberikan tepuk tangan bagi sekolah bisnis kita yang luar biasa.
Saya percaya maksudnya luar biasa bukanlah SLB dengan murid-murid yang
tuna rungu, tuna netra, cacat mental (mohon maaf). Saya rasa 99% mereka
yang ada di LNI sehat lahir batin, lengkap, tidak cacat secara fisik dan
mental. Jadi tolong jangan "memperkosa prospek dengan mulut kita",
daripada nanti mulut kita yang "disobek-sobek" oleh si prospek. Untunglah
si Tukul belum pernah nongol di pertemuan…. Mohon maaf jika ada kata-kata
yang salah, sayangnya Anda hanya bisa menyobek-nyobek hardcopy dari
tulisan ini, bukan mulut saya. Mari kita menjadi good team player yang
luar biasa dengan mempergunakan mulut kita sesuai pada tempatnya.


AMDG
Tjahjanto Prasetyono

----------------------------------------------------------------
This message was sent using IMP, the Internet Messaging Program.

No comments: