Wednesday, July 4, 2007

Mu'adz pun Menangis

Mu'adz pun Menangis

Ibnu Mubarak menceritakan bahwa Khalid bin Ma'dan berkata kepada
Mu'adz, "Mohon Tuan ceritakan hadits Rasulullah sallAllahu 'alayhi
wasallam yang Tuan hafal dan yang Tuan anggap paling berkesan. Hadits
manakah menurut Tuan?"

Jawab Mu'adz, "Baiklah, akan kuceritakan."

Selanjutnya, sebelum bercerita, Beliau pun menangis. Beliau berkata,
"Hmm, betapa rindunya diriku pada Rasulullah, ingin rasanya diriku
segera bertemu dengan Beliau."

Kata Beliau selanjutnya, "Tatkala aku menghadap Rasulullah sallAllahu
'alayhi wasallam, Beliau menunggang unta dan menyuruhku agar naik di
belakang Beliau. Kemudian berangkatlah kami dengan berkendaraan unta
itu. Selanjutnya Beliau menengadah ke langit dan bersabda: Puji syukur
ke hadirat Allah Yang Berkehendak atas makhluk-Nya, ya Mu'adz!"

Jawabku, "Ya Sayyidil-Mursalin"

Beliau kemudian berkata, 'Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita
kepadamu. Apabila engkau menghafalnya, cerita itu akan sangat berguna
bagimu. Tetapi jika kau menganggapnya remeh, maka kelak di hadapan
Allah, engkau pun tidak akan mempunyai hujjah (argumen)."

"Hai Mu'adz! Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah
menciptakan tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang
malaikat penjaga pintunya. Setiap pintu langit dijaga oleh seorang
malaikat, menurut derajat pintu itu dan keagungannya. Dengan demikian,
malaikat pula-lah yang memelihara amal si hamba.

Suatu saat sang Malaikat pencatat membawa amalan sang hamba ke langit
dengan kemilau cahaya bak matahari. Sesampainya pada langit tingkat
pertama, malaikat Hafadzah memuji amalan-amalan itu. Tetapi setibanya
pada pintu langit pertama, malaikat penjaga berkata kepada malaikat
Hafadzah: "Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga
orang-orang yang suka mengumpat. Aku diperintahkan agar menolak amalan
orang yang suka mengumpat. Aku tidak mengizinkan ia melewatiku untuk
mencapai langit berikutnya!"

Keesokan harinya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa
amal shaleh yang berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat
banyak dan terpuji. Sesampainya di langit kedua (ia lolos dari langit
pertama, sebab pemiliknya bukan pengumpat), penjaga langit kedua
berkata, "Berhenti, dan tamparkan amalan itu ke muka pemiliknya. Sebab
ia beramal dengan mengharap dunia. Allah memerintahkan aku agar amalan
ini tidak sampai ke langit berikutnya." Maka para malaikat pun
melaknat orang itu.

Di hari berikutnya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa
amalan seorang hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan
berbagai kebaikan, yang oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia
dan terpuji. Sesampainya di langit ketiga, malaikat penjaga berkata:
"Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku malaikat
penjaga kibr (sombong). Allah memerintahkanku agar amalan semacam ini
tidak pintuku dan tidak sampai pada langit berikutnya. Itu karena
salahnya sendiri, ia takabbur di dalam majlis."

Singkat kata, malaikat Hafadzah pun naik ke langit membawa amal hamba
lainnya. Amalan itu bersifat bak bintang kejora, mengeluarkan suara
gemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, ibadah haji, dan umrah.
Sesampainya pada langit keempat, malaikat penjaga langit berkata:
"Berhenti! Popokkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat
penjaga 'ujub (rasa bangga terhadap kehebatan diri sendiri). Allah
memerintahkanku agar amal ini tidak melewatiku. Sebab amalnya selalu
disertai 'ujub."

Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba yang lain.
Amalan itu sangat baik dan mulia, jihad, ibadah haji, ibadah umrah,
sehingga berkilauan bak matahari. Sesampainya pada langit kelima,
malaikat penjaga mengatakan: "Aku malaikat penjaga sifat hasud
(dengki). Meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka hasud kepada orang
lain yang mendapat kenikmatan Allah swt. Berarti ia membenci yang
meridhai, yakni Allah. Aku diperintahkan Allah agar amalan semacam ini
tidak melewati pintuku."

Lagi, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal seorang hamba. Ia
membawa amalan berupa wudhu' yang sempurna, shalat yang banyak, puasa,
haji, dan umrah. Sesampai di langit keenam, malaikat penjaga berkata:
"Aku malaikat penjaga rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan
ke mukanya. Selama hidup ia tidak pernah mengasihani orang lain,
bahkan apabila ada orang ditimpa musibah ia merasa senang. Aku
diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku, dan agar tidak
sampai ke langit berikutnya."

Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit. Dan kali ini adalah langit
ke tujuh. Ia membawa amalan yang tak kalah baik dari yang lalu.
Seperti sedekah, puasa, shalat, jihad, dan wara'. Suaranya pun
menggeledek bagaikan petir menyambar-nyambar, cahayanya bak kilat.
Tetapi sesampai pada langit ke tujuh, malaikat penjaga berkata: "Aku
malaikat penjaga sum'at (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik
amal ini menginginkan ketenaran dalam setiap perkumpulan, menginginkan
derajat tinggi di kala berkumpul dengan kawan sebaya, ingin
mendapatkan pengaruh dari para pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar
amal ini tidak melewatiku dan sampai kepada yang lain. Sebab ibadah
yang tidak karena Allah adalah riya. Allah tidak menerima ibadah
orang-orang yang riya."

Kemudian malaikat Hafadzah naik lagi ke langit membawa amal dan ibadah
seorang hamba berupa shalat, puasa, haji, umrah, ahlak mulia, pendiam,
suka berdzikir kepada Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat
Hafadzah sampai ke langit ketujuh hingga menembus hijab-hijab (tabir)
dan sampailah di hadapan Allah. Para malaikat itu berdiri di hadapan
Allah. Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu shahih, dan
diikhlaskan karena Allah.

Kemudian Allah berfirman: "Hai Hafadzah, malaikat pencatat amal
hamba-Ku, Aku-lah Yang Mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk
Aku, tatapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan diniatkan dan
diikhlaskan untuk- Ku. Aku lebih mengetahui daripada kalian. Aku
laknat mereka yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian
(para malaikat Hafadzah). Tetapi Aku tidak tertipu olehnya. Aku-lah
Yang Maha Mengetahui hal-hal gaib. Aku mengetahui segala isi hatinya,
dan yang samar tidaklah samar bagi-Ku. Setiap yang tersembunyi
tidaklah tersembunyi bagi-Ku. Pengetahuan-Ku atas segala sesuatu yang
telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas segala sesuatu yang
belum terjadi. Pengetahuan-Ku atas segala sesuatu yang telah lewat
sama dengan yang akan datang. Pengetahuan-Ku atas segala yang telah
lewat sama dengan yang akan datang. Pengetahuan-Ku atas orang-orang
terdahulu sama dengan pengetahuan-Ku atas orang-orang kemudian.

Aku lebih mengetahui atas sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana
hamba-Ku dapat menipu dengan amalnya. Mereka mungkin dapat menipu
sesama makhluk, tetapi Aku Yang Mengetahui hal-hal yang gaib. Aku
tetap melaknatnya...!"

Tujuh malaikat di antara tiga ribu malaikat berkata, "Ya Tuhan, dengan
demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka."

Kemudian semua yang berada di langit mengucapkan, "Tetaplah laknat
Allah kepadanya, dan laknatnya orang-orang yang melaknat."

Sayyidina Mu'adz (yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis
tersedu-sedu. Selanjutnya berkata, "Ya Rasul Allah, bagaimana aku bisa
selamat dari semua yang baru engkau ceritakan itu?"

Jawab Rasulullah, "Hai Mu'adz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan."

Tanyaku (Mu'adz), "Engkau adalah Rasulullah, sedang aku hanyalah
Mu'adz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya
tersebut?"

Berkatalah Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam, "Memang begitulah,
bila ada kelengahan dalam amal ibadahmu. Karena itu, jagalah mulutmu
jangan sampai menjelekkan orang lain, terutama kepada sesama ulama.
Ingatlah diri sendiri tatkala hendak menjelekkan orang lain, sehingga
sadar bahwa dirimu pun penuh aib. Jangan menutupi kekurangan dan
kesalahanmu dengan menjelekkan orang lain. Janganlah mengorbitkan
dirimu dengan menekan dan menjatuhkan orang lain. Jangan riya dalam
beramal, dan jangan mementingkan dunia dengan mengabaikan akhirat.
Jangan bersikap kasar di dalam majlis agar orang takut dengan
keburukan akhlakmu. Jangan suka mengungkit-ungkit kebaikan, dan jangan
menghancurkan pribadi orang lain, kelak engkau akan dirobek-robek dan
dihancurkan anjing Jahannam, sebagaiman firman Allah dalam surat
An-Naziat ayat 2."

Tanyaku selanjutnya, "Ya Rasulallah, siapakah yang bakal menanggung
penderitaan seberat itu?"

Jawab Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam, "Mu'adz, yang aku
ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah. Engkau
harus mencintai orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu. Dan
bencilah terhadap suatu hal sebagaimana kau benci bila itu menimpa
dirimu. Jika demikian engkau akan selamat."

Khalid bin Ma'dan meriwayatkan, "Sayyidina Mu'adz sering membaca
hadits ini seperti seringnya membaca Al-Qur'an, dan mempelajari hadits
ini sebagaimana mempelajari Al-Qur'an di dalam majlis."


Oleh: Al_Faqir (10.10.16.4)
DHB Wicaksono
Sumber: ari ams [ari_ams@telkom.net]

----------------------------------------------------------------
This message was Sent by Takaful Mail System

No comments: